SEJARAH

LATAR BELAKANG SEJARAH
PONDOK PESANTREN TAMRINATUL WILDAN

Jam’iyah Tamrinatul Wildan

Sekitar tahun 1960 an berdiri sebuah kelompok pengajian kecil tepatnya di desa Canga’an
dimana di dalamnya ada beberapa anak yang tekun dalam belajar membaca al-Qur’an dibawah bimbingan seorang pemuda, dimana pemuda ini diberi nama orang tuanya Imam Syuhada’, dia baru pulang dari perjalanannya mencari ilmu di beberapa pondok pesantren di jawa timur.

Pada tahun 1953 dimulailah perjalanan pertamanya di pondok pesantren Lasem di bawah asuhan almarhum Mbah yai Maksum, kemudian melanjutkan kembali di pondoknya Mbah yai Mohammad Yasin, beliau adalah menantu dari Mbah yai kholil Bangkalan, kemudian setelah beberapa tahun kemudian melanjutkan di pondok pesantren yang di bimbing oleh Mbah yai Abbas bin Khozin ( sekarang Ponpes al Khaziny) tepatnya di Siwalan Panji Sidoarjo di sekitar tahun 1957.
Sekembalinya dari pondok pesantren Mbah haji Abdul Fatah ayah dari pemuda tersebut menganjurkan kepadanya untuk mengajari ngaji anak-anak kecil disekitar lingkungan rumahnya.
Menurut cerita, disekitar tahun 1964 an yang ditandai dengan kemunculan ( lingtang kemukus: istilah jawa ) semacam komet yang memunculkan sinar yang begitu kuat menyerupai pedang, pada waktu itu berawal dari beberapa orang anak mulailah berdatangan anak-anak dan remaja dari desa sekitar untuk belajar al-Qur’an, kemudian bertambahlah dari tahun ketahun, maka muncul keinginan untuk menambah kegiatan belajar yaitu sorogan / balahan kitab-kitab kuning disamping belajar al-Qur’an,
Atas ide dari beberapa murid-murid perdana beliau, mereka berkeinginan untuk memberi nama kelompok ngaji tersebut, maka atas prakarsa beliau (Pengasuh pondok) dipilihlah nama “ Jam’iyah Tamrinatul wildan “ sebagai identitas untuk kelompok ngaji ini.


Pondok Pesantren Tamrinatul Widan

Sekitar tahun 1970 an mulai datang santri dari luar daerah, karena semakin hari semakin bertambah santri yang datang, sehingga tidak dapat lagi di tampung di rumah beliau, sehingga muncul inisiatif dari orang tua beliau yaitu untuk memanfaatkan rumah kosong sebelah timur (eks gudang beras dan gabah) untuk di gunakan sebagai Gota’an atau kamar untuk ngaji dan tempat istirahat.
Dari tahun ketahun semakin banyak pula santri yang berdatangan maka didirikanlah pondokan-pondokan kecil (kombongan / angkring ; istilah jawa) untuk menampung santri-santri tersebut.
Seiring berjalannya waktu, atas prakarsa pengasuh, Jam’iyah Tamrinatul Wildan dirubah menjadi Pondok Pesantren Tamrinatul Wildan.
Nama Tamrinatul Wildan diambil dari bahasa arab yang artinya Latihan, sedangkan wildan artinya anak-anak / remaja, jadi Tamrinatul Wildan adalah tempat latihan untuk anak-anak dan remaja, karena memang santri dilatih untuk menggembleng diri dalam segala hal untuk menuntut ilmu dan mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk bekal menuntut ilmu selama tinggal di pondok.